Komunitas tersebut membagi-bagikan sejumlah barang-barang kepada pengunjung. Barang-barang tersebut meliputi kalung bergambar merpati, biskuit bertuliskan ‘sudah genap’, permen, pin bertuliskan I’m Saved (Saya terselamatkan) dan sejumlah barang lainnya.
Barang-barang yang dibagikan tersebut sarat dengan makna ajaran kristen. Gambar burung merpati pada kalung adalah simbol kasih dalam ajaran kristen. Tulisan ‘sudah genap’ dalam biskuit ternyata adalah ungkapan yang ada di dalam kitab Injil.
Meski mereka mengelak bahwa kegiatan tersebut didekingi gereja, namun di akhir video tersebut, ada kejadian yang menguatkan bahwa aktivitas teraebut adalah kristenisasi, ketika ada seorang relawan yang menemui seorang nenek dan mensugesti si nenek bahwa jika percaya Tuhan Yesus maka ia akan terselamatkan. Begitulah upaya kristenisasi ini berlangsung tanpa disadari oleh pengunjung yang menjadi targetnya. Kebanyakan target kristenisasi ini adalah anak-anak muda, para remaja, mereka diberikan barang-barang tanpa mengerti apa maksudnya.
Upaya serupa juga ternyata tidak hanya terjadi sekitar Jalan Thamrin-Sudirman Jakarta saat Car Free Day (Hari Bebas Kendaraan Bermotor), namun juga terjadi di tempat umum lainnya seperti terminal Kampung Rambutan Jakarta.
Diskriminasi Demokrasi
Maraknya aktivitas kristenisasi ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, namun juga terjadi di daerah lainnya. Biasanya misionaris membidik orang-orang yang secara ekonomi pas-pasan dan membutuhkan bantuan. Misionaris masuk melakukan kristenisasi biasanya dengan modus memberikan bantuan. Apakah bantuan pembagian makanan, atau bisa juga dengan memberi bantuan beasiswa kepada siswa tidak mampu.
Hal ini pernah terjadi di daerah Anyer Kabupaten Serang. Ketika itu, kaum misionaris yang berlindung dalam Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA), memberi beasiswa kepada anak-anak tidak mampu untuk bersekolah di sekolah Kristen dengan perjanjian anak tersebut harus mengikuti seluruh aturan sekolah termasuk ritual ajaran Kristen. Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA) juga memberikan bantuan buku-buku pelajaran dimana buku-buku pelajaran tersebut di dalamnya memuat gambar-gambar ajaran Kristen. Namun para Ulama Anyer saat itu mencium upaya kristenisasi ini, sehingga bisa dicegah.
Pemurtadan yang terjadi di negeri ini sudah akut, namun negara tidak berupaya mencegahnya. Negara membiarkan aktivitas tersebut terus berlangsung. Pembiaran aktivitas pemurtadan merupakan gambaran nyata demokrasi mendiskriminasi mayoritas muslim. Umat pun akan semakin tidak berdaya untuk menghentikan aktivitas ini bila RUU Kerukunan Umat Beragama diberlakukan, karena akan dianggap mengganggu kerukunan umat beragama.
Khilafah melindungi Umat
Negara ini telah gagal menjalankan tugas dan fungsi sebagai pelayan dan pelindung umat. Negara yang seharusnya berkewajiban melindungi aqidah umat, malah membiarkan upaya pemurtadan berlangsung di mana-mana. Kegagalan negara dalam mengurusi urusan umat ini disebabkan oleh dua faktor utama, yakni pemimpinnya yang tidak amanah serta buruknya sistem yang dipakai untuk mengatur negeri ini yakni sistem sekuler – demokrasi.
Oleh karena itu, bila benar-benar diinginkan perbaikan, dan umat terjaga akidahnya, maka tidak bisa tidak sistem yang telah gagal itu harus dibuang. Sebagai gantinya adalah sistem yang bersumber dari Dzat Yang Maha Benar, yang Maha Tahu sehingga tidak mungkin gagal, yakni Syariah Islam. Juga harus dihadirkan pemimpin yang baik, yang mau tunduk pada Syariah dan memimpin dengan penuh amanah.
Bahwa di sinilah pentingnya seruan “Selamatkan Indonesia dengan Syariah dan Khilafah”, Karena hanya dengan penerapan Syariah secara kaffah di bawah naungan Khilafah sajalah, seluruh aspek kehidupan rakyat dan negara ini dapat diatur dengan sebaik-baiknya. Umat pun merasa tentram, terlindungi, terjaga akidahnya. Oleh karena itu, penting bagi seluruh komponen umat, untuk bersungguh-sungguh dengan penuh keikhlasan dan kesabaran memperjuangkan tegaknya syariah dan Khilafah di negeri ini. Karena hanya Khilafah yang akan menjaga akidah umat dengan penjagaan yang menyeluruh.
Rateka Diteror
Rateka Winner Lee, jurnalis yang melakukan reportase kegiatan kristenisasi pada acara car free day di Jakarta mengaku mendapat teror. Hal ini ia ungkap pada diskusi ‘Membongkar Kedok Kristenisasi Melalui Berbagai Modus’ di Markas Besar DPP Partai Bulan Bintang (PBB), Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (17/12/2014).
“Diteror secara psikis di dunia maya. FB saya tidak bisa diakses. Mungkin ada yang melaporkan saya sebagai spam,” kata Rateka.
Rateka sudah menyadari jika apa yang dilakukannya itu dapat memicu kebencian sebagian orang. “Bahkan di forum Kaskus, saya disebut sebagai pemecah belah bangsa,” jelas Rateka prihatin.
MuslimNetizen.com
Rateka juga bercerita tentang proses peliputannya itu. Menurut Rateka ia mengaku tidak tahan menyaksikan dengan mata kepala sendiri kristenisasi sedang berlangsung di CFD Jakarta.
“Saya melihat di sepanjang jalan CFD ada kelompok yang membagi-bagikan brosur, kalung merpati, dan biskuit yang setelah saya cek bertuliskan ‘Sudah Genap’. Kalimat ‘Sudah Genap’ itu merupakan istilah di Bible. Kalung merpati itu saya lihat dibagikan pula ke perempuan berkerudung,” kata Rateka.
Akhirnya, Rateka memutuskan untuk melakukan peliputan mengungkap kristenisasi terselubung itu.
“Saya melihat banyak orang yang tidak sadar. Karena memang banyak yang tidak mengerti tentang simbol-simbol Kristen. Saya sendiri sedikit banyak tahu tentang simbol-simbol Kristen karena sembilan tahun belajar di sekolah Katolik,” jelas Rateka.
Kata Rateka, yang menghebohkan video hasil karyanya ini terjadi pada menit 14. Dalam video yang disebarluaskan melalui Youtube ini terekam peristiwa seorang nenek pengemis yang berkerudung berupaya dimurtadkan oleh seorang pelaku yang berjenis kelamin wanita.
Rateka berharap hasil reportasenya ini dapat membuka mata masyarakat bahwa kristenisasi itu memang ada dan sangat gencar dilakukan.
“Motivasi saya hanya ingin menyelematkan akidah umat Islam,” tegas Rateka.
Artikel ini di publish ulang agar kita senantiasa Waspada terhadap modus-modus terselubung yang terjadi disekitar kita. Meraka takkan berhenti, karena itu misi mereka. Kita takkan berhenti, karena Kita harus selalu mengingatkan sesama Saudara Muslim. Jangan pernah bosan untuk mengingatkan. Jangan pernah lelah untuk menDakwahkan kebenaran. Mari, kita terus saling menjaga antar sesama Saudara Muslim. Kita-lah yang menjaga dan menyebarkan agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan orang lain.. Bukan umat lain.. AllahuAkbar..!!
Jazakumullah Khairan Katsiran Wa Jazakumullah Ahsanal Jaza
sumber : arrahmah.com | hidayatullah.com | rtkChannel HD